Halaman

Jumat, 19 Juni 2015

Sekilas Asal Usul Padang Guci

Menurut Jurai Tue Pasemah Padang Goetjie (Bpk. Alian Yahya) menyatakan Asal mula Padang Guci adalah dari Besemah Lebar (Besemah Besak) yaitu dari Gumay Ulu (Puyang Ratu Talang Nangke, beliau adalah bapaknya Puyang Khedum), kemudian bermigrasi melalui Kote Agung menuju Bukit Raje Mendare di sebelah barat terletak diantara perbatasan 3 (tiga) Provinsi yaitu Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu.

Sumber gambar : Opini Sebuah Nurani
Puyang Khedum sebagai Radja Soembai Besar menapak atau membuat Soembai Besar Pasemah Padang Goetjie, tepatnya di dusun “Suro Mekkah” sebelah barat Bukit Radje Mendare. Batu tapak Puyang Khedum masih ada di Makam Puyang Soembai besar di Bandar Agung muara Air Padang Goetjie. Batu Tapak Puyang Khedum dipindahkan dari dusun Suro Mekkah ke Bandar Agung pada masa pemerintahan Puyang Masyarip dan Puyang Mohamad Resip.
Ia mengatakan soembai-soembai yang ada di Pasemah secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) Soembai yaitu:

1. Soembai Besar (asal mulanya dari Gumay Ulu, di atas Pulau Pinang Lahat).
2. Soembai Penjalang (asal mulanya di Meringang lahat)
3. Soembai Semidang (asal mula dari Lahat). dan,

Seluruh serawai di wilayah Sumbagsel (Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung) sampai ke perbatasan Padang Sumatera Barat adalah soembai semidang. Serawai adalah suku yang bahasanya keluar dari rumus atau pakem kaganga (Rejang) dan kagenge (Pasemah) dan kagongo. Soembai Semidang adalah asal usul suku serawai yang bahasanya merupakan campuran (mix) dari ketiga rumus bahasa tersebut diatas.
Diceritakan Puyang Khedum semasa hidupnya penuh dengan mesteri (keajaiban/karomah) karena beliau dianugerahi ilmu tingkat tinggi, seperti bisa menghilang. Sehingga beliau mempunyai banyak gelar yaitu diantaranya: 

1. Puyang Khedum Tengah Laman, beliau sebagai Radja Soembai Besar dan silam di tengah laman.
2. Puyang Khedum Rabu Samad, beliau pada hari rabu menghilang (silam).
3. Puyang Khedum Meraje lile, beliau sebagai kalifah tidak ada yang mengalahkannya.

Jurai Tue Pasemah  (Bpk. Alian Yahya) mengatakan ketiga gelar itu ditujukan untuk satu orang yakni Puyang Khedum, namun tidak menutup kemungkinan gelar Khedum/Makhedum itu bergilir. Karena menurut bahasa India, Khedum itu adalah Ulama dan Makhedum adalah ulama besar. Jadi masih sulit menentukannya dengan pasti berapa umur Puyang Khedum dan lama masa hidupnya.

Bpk. Alian Yahya menyatakan Besemah dibagi beberapa bagian sebagai berikut:

a. Secara Silsilah Keturunan Raja Pasemah (pemerintahan tradisional) terbagi menjadi:
1. Pasemah Lebar/Besemah Lebar/Besemah Besak.
Pemimpinnya adalah seorang Radja dengan gelar “Tuan Radja” di Gumay, sebagai jurai kebalik-an (Junjungan) terletak di Besemah wilayah Lahat.

2. Pasemah Padang Goetjie.
Pemimpinnya adalah seorang Radja dengan gelar “Radja Ngitjo”, terletak di kaki bukit Raje Mendare (Raja Mahendra) di sebelah barat. Dengan dusun pertamanya adalah Suro Mekkah, sekarang dusun tersebut terletak di ulu desa Manau Sembilan. Seiring waktu pusat pemerintahan pindah ke arah muara air Padang Goetjie yakni di Bandar Agung, Tanjung Agung dan sampai sekarang di desa Tinggi Ari

3. Pasemah Ulu Manna Ulu.
Pemimpinnya adalah seorang Pangeran dengan gelar “Pangeran Tanjung Sakti (Pangeran Buyung), Pangeran Duayu di Pematang Ciwihg manna, Pangeran Seginim, Pangeran Kedurang. Jadi seluruh Sumbai Semidang dari wilayah Kaur (Bintuhan) sampai ke perbatasan Padang (Sumatera Barat) di pimpin oleh seorang Pangeran, termasuk Pangeran Nata Dirja di Selebar Bengkulu.

b. Secara Status Pemerintahan Pasemah Yang Ditentukan (diatur) Oleh Penjajah (Inggris dan Belanda) atau masa “lapik empat merdike due” dibagi menjadi:

1. Pasemah Lebar/Besemah Lebar (di wilayah Lahat)
2. Pasemah Ulu Manna (di sebelah selatan). Oleh Penjajah (pemerintahan Inggris dan Belanda) Pasemah Padang Goetjie di masukkan ke Afdeeling Manna Pasemah Ulu Manna.
3. Pasemah Ulu Lintang (sebelah barat laut).
4. Pasemah Air Keruh (berada jauh di balik Bukit Barisan).
 
Sebagai seorang raja (pemimpin/kalifah) Puyang Khedum pernah mengajarkan islam di daerah kaki gunung bungkuk dan di daerah-daerah lainnya di wilayah Sumatera bagian selatan (Sumbagsel). Puyang Khedum mempunyai adik yang disebut Puyang Khedum Sakti atau Puyang Khedum Belulus, di Soembai Besar Pasemah Padang Goetjie keturunan Puyang Khedum Sakti yang sekarang bermukim di desa Tanjung Kemuning Kab. Kaur (salah satu keturunannya adalah H. Muhamad Nur).

Diperkirakan pada awal tahun Hijriyah (617 M) yaitu tahun ke-13 kenabian Rasulullah Muhammad SAW, Islam sudah ada di pesisir-pesisir pulau Sumatera, terutama diujung barat pulau Sumatera (sekarang provinsi Aceh). Hal ini terjadi karena para saudagar-saudagar islam Arab, Gujarat, Persia sudah melakukan perniagaan atau perdagangan rempah-rempah, emas, perak, gaharu dan barus di wilayah kerajaan Sriwidjaja.

Ini terbukti dua surat yang dikirimkan oleh raja Sriwijaya ke-2 (dua) yaitu raja Sri Indravarman (Sri Indrawarman) kepada Kalifah Mu’awiyah (661-750 M) dan surat kedua kepada Kalifah Umar bin Abdul Azis di Madinah pada tahun 100 H/717 M (61-101 H), yang isinya:

“Dari Raja Diraja-Yang keturunan ribuan raja, yang di istananya terdapat ribuan gajah, dan menguasai dua sungai yang mengairi gaharu, tanaman harum, pala dan barus, yang keharumannya menyebar sejauh dua belas mil – Untuk Raja Arab, yang bertuhankan Esa. Saya memberimu hadiah yang tidak seberapa sebagai tanda sapa dan saya harap anda berkenan mengirimkan seseorang yang bisa mengajar tentang Islam dan menerangkannya kepada saya”.

Dengan isi surat tersebut nyata bahwa islam telah diajarkan ke pusat kerajaan Sriwijaya, pada waktu tahun tersebut dan tahun berikutnya. Sejalan dengan permintaan raja Sriwijaya Raja Diraja Sri Indravarman kepada raja Arab pada tahun 100H/717 M (abad 8 M), yang minta dikirimkan seseorang yang bisa mengajar tentang islam maka terbentuklah “Kalifah Islam” di tanah Sriwijaya Pasemah di “Suro Mekkah” di kaki bukit Radje Mendare (mirip/hampir sama dengan kerajaan Padjadjaran, diawal pemerintahan “Prabu Siliwangi” menganut Budha, namun istri beliau Subang Larang dan anaknya Walangsungsang, Lara Santang, Kian Santang adalah Islam, yang dikelilingi oleh para Syech dan Resi). Begitu juga dengan kerajaan Sriwijaya Pasemah, di awal berdirinya kerajaan Sriwijaya Pasemah atau pada pemerintahan raja pertama menganut Budha, setelah itu baru menganut agama Islam. Jadi rajanya dikelilingi oleh para Syech dan Resi.

Terciptalah dua raja, yakni Raja Gumay sebagai raja/jurai Kebalik-an di Besemah. Sedangkan Radja Soembai Besar yang di pegang oleh keturunan dari “Puyang Ratu Talang Nangke” di Gumay Ulu yaitu “Puyang Khedum (Makhedum)”

Penulis,
Sahoklan Efindi, SE.,MM.
Mayor Laut (S) NRP.13524 

10 komentar:

  1. adik sanak padang guci sape ndak mesan tiket pesawat pacak mesan di travel kami di sini http://vinatravel.biz

    BalasHapus
  2. Mungkin puyang khedung yang dimaksut adalah makhudum sakti yang ada di daerah minangkabau yaitu didaerah sumaniak,yang menjadi mentri pertahanan rantau pagaruyung. Keturunannya/anak cucunya adalah panglimaberdarahputih panglimakerajaan indrapura,kaum nya secara matrilini di minangkabau menurunkan suku guci.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sepakat dg itu....matrinial nyelah itu..patrinial...masuk ke Badah kite.....sebab hal ini juga berkaitan dg Tareqat Abang..yg dulu berkembang di manau-9 juge Sumbay Besar...juga berkaitan dg Suku Guci
      wallahualam

      Hapus
  3. Mungkin ada yang tahu tapak tilas Makrifat Chili dikenal dengan sebutan Pangeran Chili suaminya Ulak Semidang dari Padang Guci Bengkulu Selatan ... Ketika itu yang menemui kami Yasran Abu Bakar mantan PNS RRI terakhir ketika itu tugas di Merauke dan pulang ke Bengkulu dan pensiun ... semoga ada jejeknya, amin

    BalasHapus
  4. alhamdulillah setidaknya saya org padangguci jadi tahu sejarah asal mulanya

    BalasHapus
  5. terimakasih tentang informasinya

    BalasHapus
  6. Assalamu'alaikum wr wb
    Izin kkd Sahoklan..

    Bisa minta tolong informasi lengkap, sejarah masuknya Tareqat Abang di Padang Guci....?

    BalasHapus
  7. Semoga bisa di buktikan secara ilmiah..

    BalasHapus